Rupa Diri di Pribadi Lain: Refleksi(?)

Mungkin, justru kita sendiri yang membuat diri kita tersungkur, terus merenung, jadinya tak tersentuh. Bisa jadi perasaan kalut yang menimbulkan banyak prasangka. Bukan tidak mungkin semuanya cuma akal-akalan perasaan sendiri. Sialnya, yang begini justru paling gampang buat dituruti. Macam disetir biar terus berpandangan begitu. Sambil terus bingung, orang lain mulai bikin percakapan sendiri tentang dia yang katanya anti sosial. Dia yang katanya tidak bisa diajak kerjasama, dia yang katanya aneh, dia yang katanya apa-apa sendiri, nggak punya temen tu, dia yang nggak pernah ikut nimbrung, dia yang selalu jadi bahan bisik-bisik pas kelas. Dari mulai cara bicaranya yang aneh sampai dandanan yang dianggap beda, ah look how she/he dressed kkkk.


When people look different from you, you might choose to ignore them. Tapi si dia sendiri mungkin berpikir "I just want to be like the others." 

People, why don't you try to understand that each of us has our own misery, horror story. You could be one, in the afterward. I do not want to convince you to believe. The land of dream and hopes, they said. It is not more than just a dry air in the desert. It keeps you thirsty of drinking water yet you can't find any. So you keep searching, going back and forth in the unknown place. The hopes keep you alive in hearth but definitely, die in appearance. Then why don't you stop? Just stop. 
If you have gone this far, to go further is the only way out. Don't look back. 

Tags:

Share:

0 komentar