Bukan Pasar Malam

Judul ini sama dengan buku yang pernah ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer.
Bukan pasar malam. Untuk sebagian dari kita mungkin menganggap judul ini biasa saja. Ekspektasi yang ada mungkin tidak sampai pada sebuah cerita mendalam tentang anak manusia. Bergelut dengan diri sendiri itu melelahkan. Ada berapa banyak orang yang mengatakan bahwa mereka lelah, entah dalam arti yang sebenarnya atau hanya sekedar lelah. Ada banyak realita yang terkadang menempatkan kita di dua pilihan. Tidak, bahkan lebih dari itu. Terlalu banyak pilihan disusul pertimbangan tiada henti kemudian memasang ekspektasi terlalu tinggi.

Sulit.

Untuk mengatakan bahwa hidup ini cuma sekali sehingga ayo lakukan apa saja yang membuatmu senang itu lama kelamaan menjadi omongan buat mereka yang katanya tidak memikirkan hari esok. Menikmati hari dan detik yang ada dengan melakukan apapun, dalam definisi sebenarnya. Banyak orang yang di setiap pilihan hidupnya selalu menimbang-nimbang. Apa jadinya kalau pilihan A ternyata tidak baik karena ada risiko yang tidak terdugaa. Prospek pilihan B juga tidak jauh lebih buruk dari sebelumnya. Pada akhirnya, dia tetap di posisi yang sama. Tidak bergerak. Lantas apa artinya membuat pilihan kalau pada akhirnya hanya untuk menetap di tempat awal. Salah, itulah yang dipilih--untuk tidak berpindah.

Memilih salah satu dari pilihan yang ada berarti kita sudah memantapkan diri untuk mengamini adanya perubahan dalam diri. Entah baik atau buruk perubahan yang nantinya terjadi. Tetapi bukankan kita sendiri yang menjadi penentu baik dan buruk itu? Sebagai manusia yang punya akal dan pikiran sepantasnya kita tahu apakah pilihan ini akan membawa pada perubahan yang baik atau buruk. Sebab bukankan kita sudah menimbang-nimbang?

Mereka yang berani berkomitmen adalah yang terbaik. Sependek apapun itu, mereka sudah menjadi pemenang atas diri mereka sendiri. Benar adanya hidup adalah tentang belajar dan belajar. Termasuk dari diri sendiri dan perjalan yang menyertai diri. Pernah terpikir bahwa mengapa harus keluar dari zona nyaman kalau banyak orang yang juga sukses di dalam zona ini.

Aku tarik kata-kata itu. Zona nyaman memang seperti namanya, nyaman. Tetapi kenyamanan juga tidak selamanya nyaman. Kalau kamu adalah sosok yang ambisius dan visioner maka akan ada banyak alasan untuk beranjak dan keluar dari zona ini karena kamu sadar bahwa di dalam zona ini impian dan semua cita-cita yang kamu miliki akan sebatas angan-angan.

Dan kalian tahu siapa yang lebih buruk? Mereka yang punya impian dan cita-cita, sadar bahwa untuk mendapatkannya dia harus keluar dari zona nyamanya tetapi tidak berbuat apa-apa. Dia yang takut akan perubahan. Dia yang selalu merasa terintimidasi. Dia yang merasa tidak lebih baik dari orang-orang di sekelilingnya dan dia yang selalu melarikan diri tetapi terus menyesal di kemudian hari.

Benar dia tidak sendiri tapi ramainya mereka bukan seperti pasar malam. Di dalam dirinya ada ruang kesendirian.

Share:

0 komentar