Just Another Anxiety Attack

For many reasons I feel anxious and afraid of being judge by people and get to know people. 

Gue nggak bilang kalau gue ini ansos, walau dalam banyak situasi gue ngerasa nggak kurang dari itu. Kayak yang gue tulis di atas, untuk banyak alasan yang bahkan gue ngerti dan nggak bisa petakan satu-satu, gue ngerasa takut untuk kenal orang lain lebih dalam. Gue selalu punya rasa kekhawatiran yang besar ketika gue mulai dekat dengan orang lain. Gue selalu punya pemikiran yang panjang untuk banyak hal, gue nggak bisa bohong kalau terlalu sering gue punya bayangan skenario sendiri tentang banyak hal yang sebenarnya juga belum pasti terjadi. 

Dalam pikiran gue selalu ada opsi A - Z yang purely cuma khayalan gue sendiri. Salah satu skenario yang gue punya adalah tentang gimana hubungan yang sekarang gue punya sama teman-teman atau orang asing yang baru gue kenal ke depannya. Ke depannya nanti yang bakal terjadi itu ini, itu dan banyak lagi. In fact that is not the real case. Gue selalu insecure untuk nunjukin gimana gue yang sebenarnya ke orang lain. 

Gimana gue yang nggak suka banyak omong. Gue yang lebih suka diam di rumah ketimbang hang out dan nongkrong. Gue yang nggak bisa akrab dalam sekejap mata dengan orang lain. Gue yang ternyata jauh lebih malas dari yang lu pikirin. Intinya gue selalu takut untuk nunjukin itu semua. Gue takut kalau nantinya orang yang baru gue kenal itu atau bahkan temen-temen gue bakal punya persepsi yang berbeda ke gue. Am I that fake?

Premis yang sama sebenarnya juga berlaku di gue ke orang lain. Sebenarnya gue lebih milih untuk nggak mengenal orang lain lebih jauh karena gue tau bakalan ada hal-hal yang nggak gue suka, hal-hal yang bikin gue nggak nyaman, dan pada akhirnya bakal ngubah persepsi gue tentang si orang itu. Gue selalu milih untuk berhenti di titik tertentu ketika gue berteman sama orang lain. Jelasnya adalah gue selalu percaya kalau tiap orang itu punya dinding privasi yang dibangun sendiri dan gue nggak berharap untuk bisa nembus dinding itu. 

Ketika gue kenal lu sebagai si A yang selalu punya good vibe, ya gue cukup kenal lu sampai di situ. Gue nggak perlu tau kalau lu ternyata punya sisi B. Kalau kita temen yang biasanya ngerjain tugas bareng dan ngomongin soal hobi, ya cukup di situ aja. I'm not into the idea of kita harus berbagi perasaan dan curhatan masalah, atau the silly idea of you have to be there in my high and down. 

Gue selalu menolak istilah best friend. I don't believe that. The word best itself sounds doesn't right for me. Obviously, I don't have one. I don't count people as "best friend". 

Persis kayak yang gue tulis di atas, gue punya sebuah dinding yang bisa disebut privacy wall. Ini yang jadi batas gue dengan orang lain dan sampai sekarang gue bisa bilang kalau gue nggak berharap ada orang yang nembus dinding itu. Gue selalu mencoba untuk menghargai privasi orang lain, itu kenapa gue nggak mau banyak ikut campur tentang urusan orang lain. But seems like people more and more get into others private space to get to know each other. Disamping tampang gue yang serem, gue rasa itu salah satu alasan kenapa gue susah deket sama orang lain. 

Bohong kalau gue bilang gue sama sekali nggak jealous ngeliat interaksi orang lain yang bisa bener-bener dekat, bahkan ketika baru ketemu. Gimana mereka bisa berbagi cerita satu sama lain. Oh ya, gue selalu bingung dengan kelakuan orang yang dengan santainya nyeritain banyak hal, termasuk tentang keluarga dsb ke orang asing yang bahkan belum sehari dikenal. Yang selalu bikin gue takut adalah ketika gue lebih dekat dengan orang lain, ketika gue tau banyak tentang si orang itu dan dia juga tau banyak tentang gue, ada hal-hal yang justru jadi bumerang buat gue sendiri dan pada akhirnya ngerusak hubungan gue dan si orang itu. 




Share:

0 komentar